Profil Desa Sirkandi

Ketahui informasi secara rinci Desa Sirkandi mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Sirkandi

Tentang Kami

Profil Desa Sirkandi, Purwareja Klampok, Banjarnegara. Unggul dalam potensi ekonomi kreatif anyaman bambu dan inovasi tanaman biofarmaka. Memiliki luas 444,5 Ha, penduduk 7.325 jiwa, serta kaya akan budaya seperti tradisi Sadranan.

  • Pusat Ekonomi Kreatif

    Merupakan sentra utama kerajinan anyaman bambu di Kecamatan Purwareja Klampok dengan potensi besar untuk pasar nasional.

  • Inovasi Pertanian

    Menjadi desa perintis dalam pengembangan budidaya dan pengolahan tanaman biofarmaka untuk mewujudkan desa sehat mandiri.

  • Wilayah Strategis dengan Infrastruktur Vital

    Sebagai desa terluas, Sirkandi didukung oleh infrastruktur kunci seperti jembatan penghubung antar dusun dan keberadaan UPTD Puskesmas yang melayani masyarakat luas.

Pasang Disini

Desa Sirkandi, sebuah wilayah strategis di Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara, menunjukkan geliat pembangunan yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya lokal. Dengan keunggulan di sektor kerajinan anyaman bambu yang telah mengakar dan rintisan pengembangan tanaman biofarmaka, desa ini memposisikan diri sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif yang patut diperhitungkan di Jawa Tengah. Didukung oleh letak geografis yang subur dan warisan budaya yang kental, Sirkandi menjadi cerminan desa yang dinamis dalam menyambut tantangan zaman.

Letak Geografis dan Struktur Wilayah

Desa Sirkandi secara geografis terletak pada titik koordinat 7°30′1″ Lintang Selatan dan 109°27′8″ Bujur Timur. Desa ini merupakan yang terluas di Kecamatan Purwareja Klampok dengan total luas wilayah mencapai 444,5 hektare atau sekitar 27% dari total luas kecamatan. Lokasinya yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari ibu kota kecamatan menjadikannya area penyangga yang vital.

Struktur penggunaan lahan di Desa Sirkandi menunjukkan keseimbangan antara pemukiman dan area produktif. Berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) 2020-2025, luas pemukiman warga mencapai 178,55 hektare. Sementara itu, sektor pertanian didukung oleh lahan sawah seluas 57,78 hektare dan ladang atau tegalan seluas 154,39 hektare. Sisa lahan dimanfaatkan untuk pekarangan (13,63 Ha), pemakaman (3,0 Ha) dan peruntukan lainnya (37,15 Ha).

Secara administratif, wilayah Desa Sirkandi memiliki batas-batas yang jelas sebagai berikut:

  • Sebelah Utara
    Berbatasan dengan Desa Pagak dan Desa Purwasaba.
  • Sebelah Timur
    Berbatasan dengan Desa Glempang dan Desa Salamerta (Kecamatan Mandiraja).
  • Sebelah Selatan
    Berbatasan dengan Desa Sampang (Kabupaten Kebumen).
  • Sebelah Barat
    Berbatasan dengan Desa Kecitran dan Desa Berta (Kecamatan Susukan).

Secara internal, pemerintahan desa dibagi ke dalam 5 dusun, yakni Dusun Kreyek, Dusun Beji, Dusun Balong Wetan, Dusun Balong Kulon, dan Dusun Salaraga. Keseluruhan dusun ini terbagi lagi menjadi 5 Rukun Warga (RW) dan 32 Rukun Tetangga (RT), yang memastikan layanan pemerintahan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kode pos untuk seluruh wilayah Desa Sirkandi ialah 53474.

Demografi dan Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan terbaru dari Pemerintah Desa Sirkandi, jumlah penduduk tercatat sebanyak 7.325 jiwa. Dengan luas wilayah 4,445 km², kepadatan penduduk Desa Sirkandi mencapai sekitar 1.648 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi untuk ukuran desa, menandakan wilayah pemukiman yang terkonsentrasi dan kebutuhan ruang sosial yang terus meningkat.

Komposisi penduduk yang dinamis menjadi modal sosial utama bagi pembangunan desa. Tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan, mulai dari gotong royong hingga program pemberdayaan ekonomi, menjadi salah satu kunci keberhasilan implementasi program-program desa. Pemerintah desa terus berupaya mengoptimalkan bonus demografi ini melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia di berbagai sektor.

Sejarah dan Pemerintahan Desa

Sejarah Desa Sirkandi memiliki catatan yang panjang dan unik, yang turut membentuk karakter masyarakatnya hari ini. Menurut arsip desa, nama "Sirkandi" berasal dari serangkaian peristiwa yang melibatkan tokoh bernama Raden Wardoyo. Perjalanannya dalam mencari sebuah cahaya misterius membawanya ke wilayah ini. Legenda lokal menyebutkan bahwa gabungan nama-nama tempat persinggahannya, seperti Sirmangu, akhirnya membentuk identitas Sirkandi.

Tonggak sejarah administrasi modern desa terjadi pada tahun 1924, ketika Desa Beji dan Desa Sirkandi yang semula terpisah secara resmi digabungkan menjadi satu entitas pemerintahan bernama Desa Sirkandi. Sejak saat itu, desa ini terus mengalami perkembangan signifikan. Salah satu pembangunan monumental yakni berdirinya balai desa di kompleks perempatan Dusun Kreyek pada tahun 1973 melalui dana bantuan desa (bandes) dan swadaya masyarakat.

Pada era reformasi, pembangunan infrastruktur terus digalakkan. Salah satu yang paling vital ialah pembangunan Jembatan Gantung "Gerbang Kerta Bangsa" (Gerakan Pembangunan Kreyek Salamerta Beji Balong Salaraga) yang diresmikan pada 29 April 2006. Jembatan ini menjadi penghubung strategis antara pusat pemerintahan desa di Dusun Kreyek dengan empat dusun lainnya yang berada di seberang sungai, serta membuka akses ke Desa Salamerta di Kecamatan Mandiraja.

Saat ini, pemerintahan Desa Sirkandi dipimpin oleh Kepala Desa Giri Sarono, S.Sos, untuk periode 2020-2025. Bersama jajaran perangkat desa lainnya, beliau mengemban amanah untuk mewujudkan visi dan misi yang tertuang dalam RPJMDes, dengan fokus pada transparansi, profesionalisme, dan pembangunan yang merata.

Potensi Ekonomi: Kreativitas Bambu dan Inovasi Biofarmaka

Perekonomian Desa Sirkandi ditopang oleh dua pilar utama yang saling melengkapi: industri kerajinan bambu yang telah melegenda dan sektor pertanian inovatif yang mulai merambah tanaman biofarmaka.

1. Sentra Kerajinan Anyaman Bambu Mayoritas penduduk Desa Sirkandi, secara turun-temurun, merupakan perajin bambu. Keberadaan rumpun bambu yang melimpah di wilayah ini telah dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan utama. Berbagai produk anyaman bambu berkualitas dihasilkan dari tangan-tangan terampil para perajin, seperti piti (wadah nasi), tampah, besek, dan aneka perabotan rumah tangga lainnya.

Sejumlah kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), salah satunya kelompok "Arrohman", menjadi motor penggerak industri ini. Berbagai program pemberdayaan dari pemerintah maupun akademisi telah dilaksanakan di desa ini, berfokus pada peningkatan kualitas produk, diversifikasi desain, dan strategi pemasaran digital. Tujuannya ialah untuk mengubah keunggulan komparatif (bahan baku melimpah) menjadi keunggulan kompetitif di pasar yang lebih luas. Kerajinan bambu dari Sirkandi tidak hanya memenuhi pasar lokal, tetapi juga telah merambah ke berbagai kota besar di Indonesia.

2. Rintisan Desa Sehat Mandiri Melalui Biofarmaka Selain bambu, Sirkandi kini tengah mengembangkan potensi pertanian non-pangan yang sangat prospektif, yakni budidaya tanaman biofarmaka atau tanaman obat. Melalui program pengabdian masyarakat dan kerja sama dengan lembaga terkait, penduduk desa mulai dibina untuk membudidayakan dan mengolah tanaman herbal yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan "Desa Sehat Mandiri" dengan mengembangkan produk olahan seperti jamu, minuman herbal, atau ekstrak tanaman obat. Program ini mencakup pelatihan mengenai teknik budidaya di tanah lempung yang menjadi karakteristik lahan tegalan di Sirkandi, penanganan pasca-panen, hingga pengolahan menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Inovasi ini membuka peluang wirausaha baru sekaligus memanfaatkan lahan pekarangan dan tegalan secara lebih produktif.

Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi prioritas pembangunan di Desa Sirkandi, yang tercermin dari ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai.

Di sektor pendidikan, desa ini memiliki sejumlah lembaga pendidikan formal yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, terdapat beberapa sekolah dasar negeri seperti SD Negeri 2 Sirkandi (NPSN: 20303749) yang berlokasi di RT 07 RW 01 dan SD Negeri 3 Sirkandi (NPSN: 20304087). Selain itu, untuk pendidikan anak usia dini, terdapat TK Pertiwi 1 Sirkandi (NPSN: 20352121) yang dikelola oleh yayasan. Keberadaan fasilitas ini memastikan generasi muda Sirkandi mendapatkan akses pendidikan dasar yang layak.

Di bidang kesehatan, Desa Sirkandi menjadi lokasi dari UPTD Puskesmas Purwareja Klampok 2. Keberadaan puskesmas di dalam desa merupakan sebuah keuntungan besar, karena masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan primer, seperti pemeriksaan umum, layanan ibu dan anak, serta program promotif dan preventif dengan lebih cepat dan mudah. Selain itu, kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif di setiap dusun menjadi garda terdepan dalam memantau tumbuh kembang balita, kesehatan ibu hamil, dan skrining kesehatan bagi lansia, sejalan dengan program integrasi layanan primer (ILP).

Kehidupan Sosial dan Warisan Budaya

Masyarakat Desa Sirkandi dikenal memiliki ikatan sosial yang kuat dan aktif melestarikan tradisi leluhur. Semangat gotong royong masih mendarah daging dan menjadi landasan dalam setiap kegiatan komunal, mulai dari kerja bakti membersihkan lingkungan hingga membantu sesama warga yang sedang hajatan atau tertimpa musibah.

Salah satu warisan budaya yang hingga kini terus dijaga ialah tradisi Sadranan atau Ruwahan. Tradisi ini merupakan ritual mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia, biasanya dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadan. Acara ini diisi dengan kegiatan bersih makam, doa bersama, dan kenduri yang melibatkan seluruh warga.

Kepala Desa Sirkandi, Giri Sarono, dalam sebuah kesempatan, menegaskan pentingnya pelestarian tradisi ini. "Budaya sadranan atau Ruwahan merupakan tradisi turun temurun sebagai bentuk melestarikan budaya religius, mengingatkan bahwa kita akan meninggalkan dunia. Tumpengan sebagai pelengkap, sedangkan intinya mendoakan para leluhur yang sudah meninggal agar diampuni dosanya," ujarnya.

Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa Sadranan bukan sekadar ritual, melainkan sebuah medium untuk memperkuat kohesi sosial dan menanamkan nilai-nilai spiritual kepada generasi penerus. Tradisi inilah yang menjadi salah satu pilar kekuatan karakter dan kearifan lokal masyarakat Desa Sirkandi.